Kesempurnaan Iman dalam Mengikuti Syariat Nabi ﷺ
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
بسم الله والصلاة والسلام على رسول الله
📖 Hadits tentang Kesempurnaan Iman
عَنْ أَبِي مُحَمَّدٍ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ: قَالَ رَسُولُ الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يَكُونَ هَوَاهُ تَبَعًا لِمَا جِئْتُ بِهِ. حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ وَرَوَيْنَاهُ فِي كِتَابِ الْحُجَّةِ بِإِسْنَادٍ صَحِيحٍ.
Dari Abdullah bin Amr bin 'Ash, Rasulullah ﷺ bersabda: "Tidak beriman salah seorang di antara kalian hingga hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa."
(Hadits hasan shahih, diriwayatkan dalam kitab Al-Hujjah dengan sanad shahih.)
📌 Makna dan Intisari Hadits
✅ Iman yang sempurna adalah ketika keinginan seseorang sejalan dengan syariat Nabi ﷺ. Abdullah bin Amr banyak meriwayatkan hadits karena menulisnya, berbeda dengan Abu Hurairah.
1️⃣ Keinginan sesuai syariat – Keinginan yang terpuji adalah yang mengikuti syariat, sedangkan keinginan yang tercela adalah yang menyelisihi syariat.
2️⃣ Keutamaan mencari dalil – Penentuan hukum harus berdasarkan dalil, bukan mengutamakan logika atau tradisi semata.
3️⃣ Peringatan terhadap hawa nafsu – Mengutamakan hawa nafsu di atas syariat mengurangi kesempurnaan iman. Dalam beberapa kasus, ini bisa berujung pada kemurtadan jika diterapkan dalam semua aspek agama.
🛠️ Prinsip Hukum Syariat
📌 Syariat harus menjadi sumber utama hukum, sebagaimana sabda Nabi ﷺ:
"Mengikuti apa (syariat) yang aku bawakan."
📌 Keimanan bersifat dinamis – Iman bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan maksiat, sebagaimana pemahaman Ahlus Sunnah wal Jama’ah.
📌 Syariat Nabi ﷺ membawa kebaikan bagi dunia dan akhirat manusia.
💡 Kesimpulan: Keimanan yang sempurna mengharuskan kita menyesuaikan hawa nafsu dengan ajaran Nabi ﷺ. Semoga Allah meneguhkan kita di atas syariat-Nya dan menjadikan kita hamba-Nya yang taat. Aamiin.
Sumber :
https://archive.org/download/indun/indu45.pdf