Sumber : buku Umur yang Kedua - karya Ustadz Ammi Nur Baits
Diantara kata kunci untuk merancang umur yang kedua adalah berusaha menjadi manusia yang menebar manfaat bagi umat. Itulah manusia yang berkah, yang keberadaannya dinantikan oleh umat.
Kata berkah [البركة] secara bahasa memiliki 2 makna:
1. Tumbuh dan berkembang (an-Numuw waz Ziyadah).
2. Bertahan dan menetap (al-Istiqrar wad Dawam).
Sumber berkah adalah Allah. Dia-lah sumber kebaikan bagi seluruh alam dan isinya.
Berikut beberapa bentuk mencari berkah yang tidak bertentangan dengan syariat:
1. Tabarruk dengan al-Qur’an.
Bentuknya adalah dengan mempelajarinya, mentadabburi maknanya dan berusaha mengamalkannya. Allah berfirman,
"Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka mentadabburi (memperhatikan) ayat-ayatnya, dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran."
(QS. Shad: 29)
2. Tabarruk dengan ulama.
Bentuknya dengan menimba ilmu darinya. Karena ulama adalah ahli waris para nabi yang mempelajari ilmu yang disampaikan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya ulama adalah ahli warisnya para nabi. Dan para nabi tidak meninggalkan warisan berupa dinar maupun dirham, namun mereka meninggalkan warisan berupa ilmu. Siapa yang mengambilnya maka dia mendapatkan keberuntungan yang besar.”
(HR. Ahmad, Abu Daud, dan yang lainnya)
3. Ngalap berkah dengan perbuatan.
Misalnya berkumpul saat makan akan mendapat keberkahan.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Berkumpullah ketika makan, dan sebut nama Allah saat makan, niscaya kalian akan diberkahi.” (HR. Abu Daud dan Ibnu Majah)
Termasuk memperhatikan adab ketika makan dengan mengambil bagian tepi dulu, baru bagian tengah.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
"Keberkahan turun di tengah makanan. Karena itu, makanlah dari pinggir, dan jangan makan dengan mengambil dari tengah."
(HR. Abu Daud dan Tirmidzi)
4. Mengonsumsi makanan yang dinyatakan berkah.
Seperti makan buah zaitun atau minum air Zamzam.
Tentang buah Zaitun, Allah menyatakan keberkahannya dalam al-Qur’an,
Lampu itu dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkah, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat (sesuatu).
(QS. An-Nur: 35)
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda tentang Zamzam, "Sesungguhnya zam-zam adalah air yang berkah, zam-zam adalah makanan yang mengenyangkan."
(HR. Muslim)
5. Tabarruk dengan tempat-tempat yang berkah.
Seperti kota Mekah atau Baitul Maqdis, yaitu dengan banyak beribadah kepada Allah atau melakukan ketaatan di sana.
Allah berfirman tentang kota Mekah,
Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia. (QS. Ali Imran: 96)
Sementara tentang Baitul Maqdis, Allah berfirman,"Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami."
(QS. Al-Isra: 1)
6. Ngalap berkah dengan orang saleh.
Seperti ngalap berkah dengan para sahabat, para wali, dan orang saleh lainnya.
Bentuknya adalah dengan meniru kebaikannya, mencontoh ketaatannya, dan belajar ilmu darinya.
Dinyatakan oleh ad-Dzahabi dari Husain bin Ismail, dari ayahnya,
"Yang ikut dalam majlis Imam Ahmad sekitar 5000 orang atau lebih. Hanya sekitar 500 yang menulis hadis, sisanya mereka hanya ingin belajar adab dan akhlak beliau."
(Siyar A’lam an-Nubala, 10/316)
Semoga Allah menjadikan kita sebagai manusia yang selalu menebar kebaikan..