Tidaklah Allah Pernah Meninggalkan Hamba-Nya
(Part 1 of 2 )
Satu hari di Ramadhan kemarin, lepas Dzuhur di kamar, aku dan dua temanku duduk sebentar, satu dari Filipina, yang satunya Indonesia. Biasanya kami akan duduk melingkar lepas teraweh berjamaah di musholla, itu agenda rutin yang dipioneri seorang teman tahun ini. Tapi siang itu tambahan saja, mumpung longgar.
“Hari ini kita bahas hikmah surat Adh Dhuha, ya! Surat ini benar-benar pelipur, terutama untuk orang-orang yang sedang terasa sesak dadanya.”
Mari kita buka Al Qur’an, mari kita sama-sama tadabburi beberapa ayat dari surat yang super powerfull ini. Dan sebagai disclaimer, yang ditulis di sini bukanlah tafsir, melainkan hanya penyimpulan hikmah. Semoga baiknya membawa manfaat, dan kurangnya menjadi koreksi.
مَا وَدَّعَكَ رَبُّكَ وَمَا قَلَىٰ[الضحى: 3]
“Rabb-mu tiada meninggalkan kamu dan tiada (pula) benci kepadamu.” [Q.S. Adh-Dhuha: 3]
Dalam interaksi atau hubungan antar manusia, terkadang kita dapati perkataan yang tidak sesuai, atau sikap yang membuat sedih dan kecewa. Itu wajar. Karena kita pun juga manusia; yang tak luput dari kesalahan serupa.
Keadaan yang harus kita hadapi tidak selalu sesuai dengan persangkaan kita. Tidak jarang kita harus melalui kondisi di luar ekspektasi dan rencana yang sudah disusun rapih. Sebagai seorang Muslim yang mengimani takdir, kita yakin bahwa apapun yang Allah tetapkan adalah pasti yang terbaik. Tidak ada kebetulan, tidak ada kesia-siaan.
Ketika membaca ayat ketiga dari surat ini, maka jika diresapi, kita temukan pelipur ketika sedang berduka, merasa tertinggal, atau tak dipedulikan orang-orang di sekitar. Pun jika keadaan tersebut sudah lewat, kita makin yakin; bahwa dari yang sudah-sudah, Allah selalu membersamai.
Allah, Rabb kita, adalah murabbi sekalian alam; yang mengatur detail tiap urusan makhluk-Nya, tak tertinggal walau sekecil apapun dari apa yang diatur-Nya. Sebutir debu yang terbang, sehelai daun yang jatuh, seekor semut yang pulang ke sarangnya; semua ada pada ilmunya Allah, semua tidak berjalan melainkan atas kehendak-Nya.
Maka (مَا وَدَّعَكَ رَبُّكَ وَمَا قَلَىٰ) adalah penegasan, bahwasannya orang lain bisa saja meninggalkanmu, manusia bisa saja tidak menyukaimu; tapi Allah tidak akan pernah. Allah senantiasa ada untuk memperhatikanmu, memenuhi yang jadi kebutuhanmu, mengabulkan apa-apa yang jadi permohonanmu. Bahkan Dia tidak membencimu, meski kamu mendatangi-Nya dengan segunung dosa, lalu bersimpuh memohon ampun. Dia tidak membencimu, meski kamu terus meminta sedang kamu seorang pendosa dan bukan ahli ibadah.
عن أبي هريرة رضي الله عنه قال: قال النبي ﷺ: (يقول الله تعالى: أنا عند ظن عبدي بي، وأنا معه إذا ذكرني، فإن ذكرني في نفسه ذكرته في نفسي، وإن ذكرني في ملإ ذكرته في ملإ خير منهم، وإن تقرب إلي شبرا تقربت إليه ذراعا، وإن تقرب إلي ذراعا تقربت إليه باعا، وإن أتاني يمشي أتيته هرولة).
Dari Abu Hurairah –radhiyallahu ‘anhu-, ia berkata bahwa Nabi ﷺbersabda, “Allah ﷻberfirman: Aku sesuai persangkaan hamba-Ku. Aku bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku saat bersendirian, Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku di suatu kumpulan, Aku akan mengingatnya di kumpulan yang lebih baik daripada itu (kumpulan malaikat). Jika ia mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku mendekat kepadanya sehasta. Jika ia mendekat kepada-Ku sehasta, Aku mendekat kepadanya sedepa. Jika ia datang kepada-Ku dengan berjalan (biasa), maka Aku mendatanginya dengan berjalan cepat.” (HR. Bukhari no. 6970 dan Muslim no. 2675).
Jadi, cinta mana yang lebih besar daripada cintanya Allah kepada hamba-Nya? Rahmat Allah selalu lebih luas daripada murka-Nya. Dan rahmat yang kita saksikan sejak penciptaan bumi sampai hari akhir nanti, hanyalah satu dari seratus rahmat yang disimpan untuk hamba-hamba-Nya di akhirat kelak.
----> Lanjut di Part 2 of 2

